Di lihat : 142 kali

MENGHARGAI ADAT PERKAWINAN
Kejadian 38:1-3 (TB) 1 Pada waktu itu Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam, yang namanya Hira. 2 Di situ Yehuda melihat anak perempuan seorang Kanaan; nama orang itu ialah Syua. Lalu Yehuda kawin dengan perempuan itu dan menghampirinya. 3 Perempuan itu mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamai anak itu Er. 

Yehuda sebagai perantau yang menumpang di rumah seseorang dan di daerah itu ia melihat seorang perempuan anak Syua orang Kanaan dan langsung mengawininya tanpa upacara apapun meskipun ada budaya yg biasa dilakukan. Contoh: Waktu Abraham mencarikan Isteri untuk Ishak anaknya, Ia lakukan sesuai budaya yang ada saat itu. Ia mengirim Eliezer hamba Abraham sebagai matchmaker (pencari jodoh atau mak comblang). 
Perilaku Yehuda yang tidak mengindahkan adat budaya terjadi lagi. Apa yang dilakukan Yehuda berlanjut ketika isterinya meninggal, Yehuda sebagai duda melihat seorang perempuan di pinggir jalan lalu mengajak berhubungan intim dengannya. Perempuan itu bersedia dengan suatu syarat (mahar) berupa cap meterai, kalung dan tongkat milik Yehuda. Ternyata perempuan itu adalah bekas menantunya seorang janda karena almarhum dua suaminya yg nota bene anak Yehuda sudah meninggal. 

Pelajaran berharga dari peristiwa yang dialami Yehuda adalah: Perkawinan itu harus sesuai aturan. Hukum Taurat mengatur dengan rinci demi kebaikan semua pihak yg terlibat. 
Orang percaya adalah mempelai wanita dan Kristus adalah mempelai Pria. 2 Korintus 11:2 (TB)  Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Hidup sebagai perawan suci adalah hidup sesuai pikiran dan perasaan serta kehendak Allah. Inilah hidup yqng berkenan kepada-Nya yang sama dengan hidup Kudus.
Hiduplah sebagai mempelai wanita yang senantiasa siap sedia menyambut Kristus sebagai mempelai Pria di kekekalan. (CS)