RENUNGAN HARIAN
Di lihat : 862 kali
Sebagian orang hingga kini masih memahami kekristenan sebatas sebagai agama (bahasa Sansekerta, a: tidak,gama: kacau). Hubungan antara Allah dan manusia dipahami sebagai berikut: Allah menurunkan seperangkat aturan yang wajib ditaati oleh manusia dengan tujuan agar hubungan kedua pihak, termasuk hubungan antarsesama manusia, “tidak kacau”. Dalam pola ini, manusia berupaya sekeras mungkin mematuhi segala aturan Allah. Celakanya, bukan hal itu yang menjamin keselamatan mereka. Inilah pola hubungan cemas-takut yang dialami bangsa Yahudi di bawah hukum Taurat.
Kekristenan tentu saja tidak menganut pola yang demikian. Orang percaya rela mematuhi perintah Allah semestinya karena lahir dari hubungan kasih yang intim dengan Tuhan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita (ay. 16, BIS). Ketaatan orang percaya kepada-Nya bukan dilandasi oleh rasa cemas-takut berbuat salah seperti pada bangsa Yahudi, melainkan karena kasih-Nya memotivasi dan memampukan kita untuk taat. Dan, sekalipun upaya kita untuk menyenangkan hati-Nya itu tidak sempurna, penebusan Kristus telah memberikan kepada kita jaminan keselamatan dan kehidupan kekal bersama-Nya di surga!
Bagaimana dengan kekristenen kita? Apakah sekadar pemenuhan kewajiban agama yang kering dan hampa, ataukah menyerupai hubungan mesra sepasang suami-istri? Apakah kita cukup puas dengan mematuhi perintah agama, atau rindu membangun hubungan dengan Allah yang berdampak dalam hubungan dengan sesama?—HIS
SATU-SATUNYA HAL YANG SUNGGUH-SUNGGUH BERARTI
ADALAH HUBUNGAN ANDA DENGAN YESUS.—Henri Nouwen
Sumber : www.renunganharian.net
17 Aug 2025
PRINSIP DASAR KITA ADALAH PADA KEYAKINAN BAHWA KESELAMATAN DAN HIDUP BERKEMENANGAN HANYA DAPAT DIPEROLEH MELALUI IM...
14 Jun 2017
Kebangkitan Kristus merupakan kebenaran yang sangat penting bahkan menjadi kebenaran yang terpenting dalam iman kri...
13 Jun 2017
Sebelum Yesus naik ke Sorga, Dia berjanji akan mengirimkan Roh Kudus ke atas murid-murid-Nya. Murid-murid akan mene...